Doping berasal dari kata dope, yang berarti campuran candu dengan narkotika yang pada awalnya digunakan untuk pacuan kuda di inggris. Di Afrika Selatan kata dope digunakan untuk nama minuman yang mengandung alcohol yang biasa dipakai dalam upacara adat. Dalam konteks sekarang, doping diartikan sebagai penggunaan bahan-bahan kimia terlarang yang dapat membahayakanwidia.pjkrF.10601244202 kesehatan si pemakai.
Dari beberapa penyelidikan didapat bahwa doping (dalam hal ini Amphetamine) belum pasti efektif untuk meningkatkan kemampuan fisik seseorang. Ada penyelidik yang mendapatkan bahwa betul dapat terjadi peningkatan kemampuan fisik tetapi banyak pula yang mendapatkan bahwa amphetamine tidak berpengaruh terhadap badan seseorang. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh faktor-faktor psikologis, teknis, lingkungan atau individu itu sendiri. Seperti diketahui efek Amphetamine adalah : menghilangkan rasa lelah, mempercepat denyut jantung, menjadikan orang merasalebih siap siaga, menekan nafsu makan dan pemakaian waktu lama akan menyebabkan suatu ketagihan. Kemudian pada tahun 1933 beberapa dokter mendiskusikan pemakaian doping ini dari segi-segi moral dan etika dalam sport. Gerakan anti doping itu sendiri dimulai pada kurang lebih tahun 1910, setelah seorang ahli Rusia mendapatkan cara pemeriksaan doping dengan memeriksa air liur kuda. Tetapi ternyata proses-proses pemeriksaan doping pada saat tersebutwidia.pjkrF.10601244202 mendapat tentangan dari masyarakat. Jadi pada zaman itu belum ada kesadaran masyarakat akan bahaya doping. Lalu setelah berkali-kali jatuh korban akibat doping, diadakanlah usaha-usaha/kampanye pemberantasan doping. Kasus kematian karena doping yang tercatat pertama kali adalah pada tahun 1886 yaitu pada balap sepeda dari kota Bordeaux ke Paris sejauh 600 km. Seorang pembalap meninggal karena terlalu banyak diberi Trimethyl oleh pelatihnya. Akhirnya disimpulkan suatu definisi untuk doping dan juga dibuat sebuah daftar obat-obatan yang dianggap sebagai dope yang dapat dibagi dalam empat golongan yaitu :
a. psychomotor stimulants
b. symphatomimetic amines
c. central nervous system stimulants
d. narcotic analgesicswidia.pjkrF.10601244202
Adapun definisi-definisi untuk doping ini berubah-ubah terus sesuai dengan perkembangan zaman. Definisi yang pertama digariskan adalah pada tahun 1963 dan berbunyi sebagai berikut : doping adalah pemakaian zat-zat dalam bentu apapun yang asing bagi tubuh, atau zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar dengan jalan tak wajar pula oleh seseorang yang sehat dengan tujuan untuk mendapatkan suatu peningkatan kemampuan yang buatan secara tidak jujur. Juga bermacam-macam usaha psikologis untuk meningkatkan kemampuan dalam olahraga harus dianggap sebagai suatu doping. Lalu karena dirasakan sukar untuk membedakan antara suatu pemakaian doping dengan suatu pengobatan memakai obat-obat stimulantia maka ditambah pula hal-hal baru dalam definisi tersebut :
Bila karena suatu pengobatan terjadi kenaikan suatu kemampuan fisik karena khasiat obat atau karena dosis yang berlebih maka pengobatan tersebut dianggap sebagai suatu doping. Pada Kongres Ilmiah Olahraga Internasional yang diadakan pada saat berlangsungnya Olympiade Tokyo 1964 diadakan perubahan definisi doping tersebut menjadi sebagai berikut :
Doping adalah pemberian kepada, atau pemakaian oleh, seorang atlet yang bertanding, suatu zat asing melalui cara apapun, atau suatu zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar, atau diberikan melalui cara takwidia.pjkrF.10601244202 wajar dengan maksud/ tujuan khusus untuk meningkatkan secara buatan dengan cara yang tidak jujur kemampuan si atlit dalam pertandingan.
Doping adalah pemberian obat atau bahan secara oral atau parental kepada seorang olahragawan dalam kompetisi, dengan tujuan utama untuk meningkatkan prestasi secara tidak wajar (Richard V.Ganslen).
Doping adalah pemberian atau penggunaan oleh peserta lomba, berupa bahan yang asing bagi organism melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang abnormal atau diberikan dengan jalan yang abnormal, dengan tujuan meningkatkan prestasi (International Conggress of Sport Scienes;Olympiade Tokyo 1964).
Selanjutnya karena masyarakat sudah mulai mengerti perlunya/ pentingnya pencegahan doping pada atlit maka pada tahun 1972 diadakan pemeriksaan dopingsecara resmi pada Olympiade Mexico dan pada Olympiadewidia.pjkrF.10601244202 musim dingin di Grenoble. Kemudian pada tahun 1974 dimasukkan pula anabolic steroids kedalam daftar doping. Tetapi meskipun cara-cara pemeriksaan doping sudah dianggap cukup sempurna masih ada juga atlit-atlit yang berani memakai doping.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa doping adalah pemakaian atau pengunaan dari suatu bahan asing bagi tubuh, olehwidia.pjkrF.10601244202 seorang atlet, dengan cara atau jalan apapun, dengan tujuan utama meningkatkan kemampuan sebelum atau pada waktu pertandingan secara artificial dan tidak adil.6
B. DOPING DAN PRESTASI OLAHRAGA
Untuk mencapai kondisi tubuh yang kompetitif dan siap tempur, tidak ada cara yang lebih bagus kecuali latihan yang tepat, istirahat yang cukup, gizi yang terjaga baik, teknik yang sesuai, dan pelatihan yang bagus.
Manifesto ini memang baik dan benar. Tak ada seorang pun yang bisa menyangkalwidia.pjkrF.10601244202.Tapi dalam dunia yang kompetitif, dengan hasil yang jelas-jelas kelihatan seperti dalam dunia olahraga, lima sila tadi jelas tidak bisa dicapai setiap saat.
Banyak yang berpendapat bahwa dengan doping dapat meningkatkan prestasi olahraga. Sebuah penelitian menunjukan bahwa placebo (zat doping palsu) dapat meningkatkan prestasi menggenggam 63% dan prestasi step tes 72%. Analisis terhadap hasil tersebut memperlihatkan bahwa peningkatan prestasi disebabkan oleh factor psikologis, yaitu sugesti yang muncul setelah mengkonsumsiwidia.pjkrF.10601244202 zat-zat terwidia.pjkrF.10601244202tentu.12
C. ALASAN PENGGUNAAN DOPING
Beberapa alasan mengapa para olahragawan memakai doping, antara lain :
Setiap individu memiliki potensi melakukan pelanggaran, ditambah lagi apabila lingkungan memberi kesempatan untuk melakukan pelanggaran tersebut.
Individu yang memiliki konsep diri maupun harga diri negative atau rendah, dalamwidia.pjkrF.10601244202 mengadapi situasi kompetitif, memiliki kecenderungan mencari keuntungan pribadi dengan jalan yang tidak sehat. Salah satunya dengan doping.
3. Lingkungan sosial individu
a. Nilai sosial kemenangan
Dalam setiap kompetisi, kemenangan, prestasi atayu medali terkadang menjadi satu-satnya tujuan dari setiap individu atau kelompok tanpa mempertimbangkan hal-hal lain, sehingga memungkinkan pemakaian doping.
Masyarakat juga merupukan strestor yang cukup berarti. Kekalahan dalam bertanding selalu mendapat respon dari masyarakat, sehingga yang ada dibenak seorang atlet adalah kemenangan dalam setiap kompetisi yang diikutinya.
Keinginan menang selalu ada dalam lingkungan pemain, baik pelatih maupun officialwidia.pjkrF.10601244202 bahkan keluarga, sehingga dapat melahirkan keinginan dan rasa tanggung jawab yang tidak terkontrol. Pemain merasa sungakn dan takut pada atasan jika kalah dalam suatu pertandingan, sehingga kasus doping terus terjadi.
4. Kurangnya informasi tentang bahaya penggunaan doping bagi diri sendiri maupun orang lain.
6. Komersialisasi, para atlet atau pelatih kurang selektif menghadapi tawaran obat-obatan dari produsen.
7. Propaganda, persaingan merebut bonus misalnya, merupakan salah satu pendorong bagi atlet untuk dapat merebut predikat terbaik dalam setiap event yang dihadapi, sehingga dapat mendorong untuk menggunakan segala cara, termasuk dengan doping.
8. Frustasi, karenawidia.pjkrF.10601244202 latihan yang telah dilakukanya tidak kunjung membuahkan prestasi.
D. PEMBAGIAN DAN MACAM-MACAM ZAT DOPING
Zat-zat doping dapat dikelompokkan ke dalam 7 golongan, yaitu stimulant, narkotik analgetik, anabolic androgenic, anabolic nonsteroid, penghalang beta, diuretika, dan peptide hormone. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pembagian dibawah ini :
1. Amfepramone 18. Atafedrine
2. Amfetaminil 19. Ethamivan
3. Amineptine 20. Atilamfetamin
4. Ampipenazo 21. Etilefrin
5. Amphetamine 22. Fenacafamin
6. Bemegride 23. fenetyline
7. Benzephetamine 24. Fenproporex
8. Caffeine 25. Furfenorex
9. Chatine 26. Heptaminol
10. Chlorphentermine 27. Isoetarine
11. Clobenzorek 28. Isoprofernol
12. Clorprenalin 29. Meferonex
14. Cropropamide 31. Metaproterenol
15. Crothetamide 32. Meclofenoxate
16. Dimetamphetamine 33. Metephetamine
17. Aphedrine 34. Dan senyawa-senyawa lain.
1. Alphaprodine 8. Dihidrocodeine 15. Morphine
2. Anileridine 9. Dipiponone 16. Nalbuphine
3. Buprenorpjine 10. Ethoheptazine 17. Oxycodone
4. Codeine 11. Ethylmorphine 18. Pentazocinewidia.pjkrF.10601244202
5. Dextromoramide 12. Hydrocodone 19. Pethidine
6. Dextropropoxy phena 13. Levorphanol 20. Phenazocine
7. Diamorphine 14. Methadone 21. Trimeperidine
1. Balasterone 7. Metandienone 13. Oxymetholone
2. Boldenone 8. Metenolone 14. Stanololol
3. Closebol 9. Methyltosterone 15. Oxymesterone
4. Dehydrochlarmethyl 10. Nandrolone 16. Testosteronewidia.pjkrF.10601244202
5. Fluoxymesterone 11. Norethandrolone 17. Senyawa lain.
6. Mesterolone 12. Oxandrolone
1. Clenbuterol 2. Zeranol 3. Senyawa lain.
1. Acebutotlol 4. Clenbuterol 7. Nedolol
2. Alprenolol 5. Labetalol 8. Oxprenolol
3. Atenolol 6. Metaprolol 9. Senyawa lain
1. Acetazolamid 6. Conrenone 11. Furosemide
2. Amiloride 7. Chlormerodrine 12. Triemterene
3. Bendroflumethazide 8. Chlortalidone 13. Senyawa lain
4. Benthazide 9. Diclofenamide
5. Buetanide 10. Athacynik acid
1. Adrenocorticotropic hormone
5. Releasing factor substansi tersebut
(Sumber: PB PON, 2000:15)
E. RESIKO PEMAKAIAN DOPING
Sebelum membahas tentang bahaya atau resiko pemakaian doping ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu prosedur pemeriksaannya yaitu :
Biasanya yang diperiksa adalah para pemenang pertama,kedua dan ketiga, lalu ditambah satu orang atau beberapa orang atlit yang diambil secara random sampling dan juga mereka yang dicurigai memakai doping. Mereka semua ini harus melaporkan diri kepada team control doping biasanya selambat-lambatnya satu jam setelah pertandingan/perlombaan selesai, bila tidak, maka ia akan langsung didiskualifikasikan. Hukuman lain yang dapat dikenakan adalah berupa denda uang (pada olahraga bayaran) atau diskors (tidak boleh bertanding) selama beberapa waktu tertentu. Yang diperiksa adalah urine atau darah si atlit, tetapi urine lebih banyak di dipergunakan karena kebanyakan zat-zat doping ini diekskresi melalui urine.
Seratus cm urine yang ditampungwidia.pjkrF.10601244202 dalam botol gelas (yang diberi tanda dan nama) ditutup dan diberi lak, lalu dibagi dua, satu botol disimpan di lemari es dan satu botol lainnya mengalami pemeriksaan-pemeriksaan yang umumnya terdiri dari dua tahap:
1. Tahap screening, untuk deteksi dan perkiraan berapa macam doping yang ada.
2. Tahap kedua untuk identifìkasi.
Urutan test biasanya sebagai berikut :
1. Zat tersebut diextraksi dari larutannya.
2. Screening dilakukan dengan memakai thin layer atau gas chromatography.
3. Identifikasi dilakukan dengan cara isolasi dan analisa memakai chromatography pula.
4. Untuk konfirmasi identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara Mass Spectrometer, Ultraviolet Absorption Spectrometer, Infrared Absorption Spectrometer.
5. Pemeriksaan anabolic steroids dilakukan dengan cara Radio Immuno Assay dan dilanjutkan dengan Mass Spectrometer pula.
Pada pengambilan sample yang boleh hadir adalah atlet yang diperiksa, pelatih atau team manager atau dokter atlet, petugas pengambil sample, wakil dari federasi internasional cabang olahraga tersebut dan anggota-anggota dari Komisi Kontrol Doping. Orang-orang ini semua menandatangani suatu berita acara yang menyatakan bahwa mereka hadir pada saat pengambilanwidia.pjkrF.10601244202 sample dilaksanakan. Bila hasil test ternyata positif maka team pemeriksa segera memanggil team manager atau pengasuh si atlet yang bersangkutan dan memberitahukannya. Bila setelah perundingan antara mereka dapat disimpulkan adanya suatu kasus doping, maka hasil tersebut segera diumumkan dalam waktu 24 jam setelah sample diterima. Suatu pemeriksaan ulangan dapat diminta oleh atlet atau team yang bersangkutan secara tertulis dalam waktu 24 jam setelah hasil pertama diumumkan. Segera botol yang disimpan di lemari es diambil untuk pemeriksaan ulangan dan pemeriksaan ulangan ini sebaiknya dilakukan dilaboratorium yang lain. Atau bila dilakukan dilaboratorium itu juga maka pemeriksaan tertebut harus dijalankan oleh teknisi atau petugas laboratorium lain pula. Dan pada pemeriksaan ulangan ini maka team manager atau pelatih atau dokter si atlit yang bertangkutan diperkenankan hadir untuk menyaksikannya. Hasilnya bila memang positif, maka atlet atau teamnya segera didiskualifikasikan. Hukuman lain dapat pula dilakukan oleh federasi internasional cabang olahraga tertebut. Persoalan yang timbul disini ialah kadang- kadang dalam Olympiade hukuman-hukuman yang dijatuhkan oleh IOC (International Olympic Committee = Komite Olympiade International ) berbeda dengan hukuman-hukuman yang terdapat dalam peraturan federasi internasional cabang testebut. Hal inilah yang memusingkan para penyelenggara pertandingan, dan kiranya hal inilah yang harus segera dirumuskan dengan baik supaya terdapat suatuwidia.pjkrF.10601244202 peraturan yang seragam mengenai sanksi-sanksinya supaya tidak terdapat suatu kontradiksi.
Secara umum penggunaan doping akan menyebabkan terjadinya kebiasaan yang selanjutnya mengakibatkan kecanduan dan ketergantungan obat yang pada akhirnya akan membahayakan atlet itu sendiri. Macam doping dan bahaya doping tersebut antara lain:
Morphine berpengaruh terhadap SSP (Sistem Syaraf Pusat), berupa analgesia, meningkatkan rasa kantuk, perubahan mood dan depresi pernafasan. Pada saluran pencernaan menyebabkan penurunan motilitas usus, nusea serta emesis, disamping juga keracunan akut hingga berakibat koma.
a. Anabolic steroid: menyebabkan wanita bersifat maskulin, gangguan pertumbuhan dan perkembangan seks dan tulang, oedem, icterus, kanker hati, dan peningkat suhu tubuh.
Disamping itu juga adanya fakta kunci dari sekelompok utama obat peningkat penampilan dan perawatan medis yang dilarang oleh komite olimpiade internasional (International Olympic Committee/IOC) adalah stimulan substansi yang beraksi di otak, meningkatkan kesiapan, kemampuan kompetitifwidia.pjkrF.10601244202, dan daya serang dan mengurangi kelelahan, membuat atlet merasa lebih kuat, lebih enerjik dan tegas.
Efek sampingnya termasuk meningkatkan tekanan darah dan suhu tubuh, meningkatkan dan membuat tidak beraturan detak jantung, serangan dan kegelisahan, kehilangan nafsu makan dan kecanduan. Ini dapat menyebabkan jantung berhentiwidia.pjkrF.10601244202, stroke dan kematian. Stimulan ini dapat ditemukan dalam resep dan obat-obat yang dijual di konter termasuk dalam herbal dan makanan tambahan.
Contoh satu obat perangsang yang dilarang itu termasuk amphetamines, bromantan, cocaine, ephedrines and salbutamol.
b. Steroid Anabolic steroids merangsang sel otot dan tulang untuk membuat protein baru. Mereka meningkatkan kekuatan otot dan mendorong pertumbuhan otot baru, meniru pengaruh dari hormon seks laki-laki testosteron.
Atlet bisa berlatih lebih keras dalam periode yang lebih lama dan pulih lebih cepat dari cedera. Obat-obat itu sah digunakan dalam kondisi tertentu seperti osteoporosis, beberapa bentuk anemia dan untuk mendukung pemulihan setelah operasi besar dan sakit yang serius. Efek samping yang diakibatkan termasuk membangun ciri-ciri pria pada seorang wanita, kehilangan kesuburan, impoten, jerawat dan kerusakan ginjal, pada laki-laki obat ini menyebabkan pengurangan spermatogenesis, kulitwidia.pjkrF.10601244202 menjadi kasar. Mereka juga meningkatkan tekanan darah, memperkeras arteri dan meningkatkan resiko sakit jantung, sakit lever, dan kanker tertentu, pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan tertutupnya epifisis yang menghambat pertumbuhan. Contoh dari anabolic steroids adalah androstenedione, nandrolone dan stanozolol.
c. THG (tetrahydrogestrinone) Steroid tiruan yang didesain secara spesifik untuk membantu atlet, ini ditemukan di laboratorium Los Angeles setelah petunjuk dari seorang pria yang menyatakan sebagai pelatih atletik terkenal.
Beberapa atlet atletik termasuk juara 100 meter Eropa asal Inggris Dwain Chambers telah dinyatakan positif pada tes THG DIURETICS Diuretics membantu mengurangi cairan dari tubuh dan sebelumnya digunakan untuk menangani tekanan darah tinggi, gagal jantung, sakit jantung dan lever serta ketegangan pre-menstrual. Diuretics meningkatkan produksi urin, mengurangi pembengkakan jaringan yang disebabkan cairan yang tertahan dan meningkatkan efisiensi jantung saat darah yang dipompa di sekujur tubuh kurang.
d. Diuretics dapat disalah gunakan untuk mengurangi berat badan dan menambah the rate saat urin diproduksi dan dikurangi, membuat sulit untuk mendeteksi substansiwidia.pjkrF.10601244202 yang dilarang dalam darah. Efek samping yang merugikan termasuk dehidrasi, sakit kepala, mual, dan detak jantung yang tidak normal. Dehidrasi yang parah dapat menyebabkan ginjal dan jantung berhenti bekerja. Contoh diuretics adalah acetazolamide, bumetanide, chlorthalidone.
e. Hormon peptide dan glycoprotein adalah substansi yang diproduksi oleh kelenjar dalam tubuh untuk mengendalikan fungsi-fungsi tubuh tertentu. Persamaannya adalah obat yang dibuat manusia yang mempunyai efek yang mirip dengan hormon natural. Hormon-hormon itu meningkatkan pertumbuhan, mempengaruhi perilaku umum dan seksual, pengendalian rasa sakit dan merangsang produksi sel darah merah.
f. HGH Human Growth Hormone (hormon pertumbuhan manusia), somatotrophin. menyamai hormon pertumbuhan dalam darah yang dikendalikan oleh mekanisme kompleks yang merangsang pertumbuhan, membantu sintesa protein dan menghancurkan lemak. HGH disalahgunakan oleh saingan untuk merangsang otot dan pertumbuhan jaringan. Efek yang merugikan termasuk kelebihan kadar glukosa, akumulasi cairan, sakit jantung, masalah sendi dan jaringan pengikat, kadar lemak tinggi, lemahnya otot, aktivitas thyroid yang rendah dan cacat. Presiden badan anti doping dunia (WADA) Dick Pound mengumumkan pada malam upacara pembukaan Olimpiade Athena bahwa tes HGH akan digunakan pada Olimpiade tersebut.
g. ERYTHROPOIETIN (EPO) EPO adalah hormone yang memacu daya tahan tubuh (endurance). EPO ini relatif susah dideteksi dalam tes doping, karena sifat hormon itu yang sama dengan hormon yang diproduksi ginjal. Memang, dalam tubuh manusia, EPO memiliki fungsi penting dalam pembentukan sel darah merah, kalau digunakan semestinya sesuai dosis. Kegunaan utama dari EPO sintetis adalah untuk mengobati anemia. Ini disalah gunakan oleh atlet jarak jauh, pemain ski cross-country dan pembalap sepeda untuk meningkatkan daya tahan tubuh (endurance).
Efek yang merugikan termasuk tekanan darah tinggi, menyumbat pembuluh arteri dan vena, pembengkakan otak, jantung berdebar, sakit dan luka pada otot dan mual.
h. Beta-blockers membendung penyampaikan rangsangan ke jantung, paru-paru dan aliran darahwidia.pjkrF.10601244202, memperlambat rata-rata detak jantung. Itu dilarang dalam olahraga seperti panahan dan menyelam karena menghindarkan getaran.
Efek merugikan yang terjadi antara lain mimpi buruk, susah tidur, kelelahan, depresi, gula darah rendah dan gagal jantung.
i. Doping darah mengatur sel darah merah atau hasil peroduksi yang terkait untuk menambah jumlah sel darah merah buatan yang ada di dalah tubuh, yang meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dalam tubuh. Darah dapat diambil dari atletnya sendiri dan disimpan selama dua atau tiga bulan menjelang kompetisi.
Sekitar sepekan sebelum pertandingan darah disuntikkan, meningkatkan jumlah sel darah merah dan menambah kapasitas pengangkut oksigen pesaing. Digunakan dalan olahraga ketahanan seperti lari, bersepeda, dan ski cross-country. Efek merugikan termasuk gagal ginjal dan lever dan kerusakan otak
. Ada beberapa metode pemberian zat-zat atau manipulasi kondisi fisiologis yangwidia.pjkrF.10601244202 dilarang. Metode-metode ini juga dapat mengakibatkan efek negatif terhadap tubuh kamu. Sebagai contoh yaitu doping darah, termasuk transfusi darah untuk mengubah cara darah membawa oksigen ke seluruh tubuh, dapat mengakibatkan:
a. peningkatan resiko gagal jantung, stroke, kerusakan ginjal dan tekanan darah tinggi
b. masalah pada darah - seperti infeksi, keracunan, kelebihan sel darah putih, dan pengurangan jumlah keping darah
c. masalah pada sistem sirkulasi
d. HIV/AIDS, seperti halnya obat-obatan suntik, penggunaan jarum suntik untuk doping dapat meningkatkan resiko penyakit infeksi seperi HIV/AIDS dan hepatitis23
Untuk melakukanwidia.pjkrF.10601244202 pengawasan penggunaan doping, dibentuk suatu badan antidoping dunia Karena mengingat bahaya yang ditimbulkan dari pemakaian doping pada kesehatan, maka dibentuklah suatu badan anti doping untuk melakukan pengawasan dan penggunaan doping.
1. WADA (World Anti Doping Agency) yaitu badan anti doping dunia. Badan tersebut bertugas untuk mencegah pemakaian doping di tingkat dunia.
2. LADI (Lembaga Anti Doping Indonesia) yaitu badan anti doping di negaraIndonesia.
Dasar kerja dari WADA dan LADI mengacu pada The World Anti Doping Code yang merupakan hasil deklarasiwidia.pjkrF.10601244202 Copenhagen pada tanggal 5 Maret 2003. Penekanan program WADA dan LADI adalah melakukan tes doping kepada atlet olahraga kompetitif yang akan dilakukan di luar kompetisi dan diambil secara acak.
G. Alasan Pelarangan Doping
1. Alasan etis : penggunaan doping melanggar norma fairplay dan sportivitas yang merupakan jiwa olahraga.
2. Alasan medis : membahayakan keselamatan pemakainya. Atlet akan mengalami :
a. Kebiasaan (Habituation)
c. Ketergantungan obat (Drug Abuse)
Menurut IOC (international Olympic commite) pada tahun 1990,doping adalah upaya meningkatkan prestasidengan menggunakan zat atau metode yang dilarang dalam olahraga dan tidak terkait dengan indikasi medis. Alasannya terutamawidia.pjkrF.10601244202 mengacupada ancaman kesehatan atas obat peningkat performa, kesamaan kesempatan bagi semua atlet dan efek olahraga bersih (bebas doping) yang patut dicontoh pada kehidupan umum. Selain obat, bentuk lain dari doping ialah doping darah, baik melalui tranfusi darah maupun penggunaan hormon eritroprotein atau steroid anabolik tetrahidrogestrinon.
H. PENGAMBILAN SAMPEL TES DOPING
Pemilihan Olahragawan guna pemeriksaan doping adalah tanggung jawab organisasi anti-doping. Pemilihan tersebut dapat dilakukan melalui tiga cara:
2. berdasarkan kriteria tertentu (misalnya posisi finish)
2. NOTIFIKASI (PEMBERITAHUAN)
a. Petugas pengawas doping (DCO, doping control officer) atau petugas pengantar (chaperone) memberitahukan kepada Olahragawan yang terpilih untuk menjalani pemeriksaan doping. Pemberitahuan tersebut disampaikan langsung kepada Olahragawan yang bersangkutan. Petugas memperlihatkan identifikasi dan organisasi pelaksana pemeriksaan doping kepada Olahragawan yang terpilih.
b. Petugas pengawas doping atau petugas pengantar memberitahukan kepada Olahragawan terpilih tentang hak dan kewajiban olahragawan tersebut, termasuk hak Olahragawan untuk mempunyai pendamping selama proses pemeriksaan.Olahragawan diminta untuk menandatangani formulir notifikasi (surat pemberitahuan) yang menyatakan bahwa Olahragawan tersebut telah mendapat pemberitahuan dan bersediawidia.pjkrF.10601244202 menjalani pemeriksaan. Olahragawan akan menerima salinan formulir notifikasi.
c. Bagi Olahragawan di bawah umur (anak-anak) atau Olahragawan penyandang cacat, pihak ketiga juga mendapat pemberitahuan. Pihak ketiga adalah orang yang bertanggung jawab terhadap Olahragawan.
3. MELAPOR KE RUANG PENGAWASAN DOPING
a. Olahragawan terpilih melaporkan diri ke ruang pengawasan doping segera setelah mendapat pemberitahuan, dan dalam waktu yang ditentukan oleh Petugas Pengantar (biasanya, tidak lebih dari satu jam setelah mendapatwidia.pjkrF.10601244202 pemberitahuan). Petugas Pengawasan Doping dapat memberikan izin kepada Olahragawan terpilih untuk menunda sementara melapor ke ruang pengawasan doping apabila terdapat kegiatan Olahragawan seperti misalnya jumpa pers atau menyelesaikan latihan, dan Olahragawan tersebut tetap dalam pengawasan petugas sampai dengan selesainya proses pengumpulan sampel.
b. Olahragawan diwajibkan membawa tanda pengenal (kartu identitas diri yang disertai pas foto) dan diberi kesempatan untuk minum. Olahragawan tersebut tidak diperkenankan mandi atau urinasi (kencing) sebelum selesai pengumpulan sampel. Olahragawan bertanggung jawab terhadap minuman yang dipilih. Olahragawan dapat minum dari tempat minum sendiri atau memilih minuman yang bersegel, bebas kafein, dan tidak mengandung alkohol.
4. PEMILIHAN WADAH PENAMPUNG SAMPEL URIN
Olahragawan memilih sendiri salah satu wadah penampung sampel urin yang disediakan petugas. Olahragawan memastikan bahwa wadah yang dipilih tersebut dalam keadaan bersih, kosong, bersegel, dan tidak rusak atau tercemar. Olahragawan membawa sendiri wadah penampung sampel urin dan tetap menjaga wadah penampung sampel tersebut.
a. Hanya Olahragawan terpilih dan Petugas Pengumpul Sampel dengan jenis kelamin sama yang diperbolehkan masuk ke kamar mandi (washroom) selama pengambilan sampel. Olahragawan di bawah umur atau penyandang cacat dapat didampingi oleh pendamping Olahragawan masuk ke kamar mandi, akan tetapi pendamping tersebut tidak diperkenankan menyaksikan proses pengumpulan sampel. Tujuannya adalah menjamin bahwa Petugas Pengumpul Sampel mengamati pengambilan sampel dengan benar.
b. Olahragawan dimintawidia.pjkrF.10601244202 untuk menanggalkan/ menyisingkan pakaian mulai dari lutut sampai dada dan jari tangan sampai siku. Hal ini dimaksudkan agar Petugas Pengumpul Sampel dapat mengamati langsung urin yang dikumpulkan keluar dari tubuh Olahragawan tersebut, serta mencegah kemungkinan terjadi manipulasi sampel urin.
c. Olahragawan tetap mengawasi dan menjaga sampel urin serta membawanya sendiri selama proses pemeriksaan. Tidak diperkenankan adanya tenaga asisten/pendamping yang membawa sampel urin, kecuali pada Olahragawan penyandang cacat.
Petugas Pengawas Doping menggunakan spesifikasi laboratorium yang relevan untuk verifikasi, disaksikan oleh Olahragawan, bahwa volume sampel urin yang dikumpulkan Olahragawan sesuai dengan volume yang dibutuhkan laboratorium untuk analisis. Volume urin yang dibutuhkan antara 75 – 100 ml. Bila jumlah urin telah mencukupi jumlah minimal yang dibutuhkan, Olahragawan tersebut diminta melakukan proses pengumpulan sampel tambahan (partial sample process).
7. PEMILIHAN BOTOL SAMPEL
Bila Olahragawan telah mendapatkan volume urin yang dibutuhkan, Olahragawan tersebut diminta untuk memilih botol sampel A dan B yang terdapat dalam satu perangkat bersegel. Olahragawan diminta untuk memeriksa dengan teliti bahwa botol sampel masih bersegel, nomor botol sesuai, tidak tercemar, berlabel benar, dan tidak rusak.
8. PEMBAGIAN VOLUME SAMPEL
a. Olahragawan diminta untuk membagi sendiri sampel urin yang telah dikumpulkan dan memasukannya ke dalam botol sampel. Bagi Olahragawan penyandang cacat dapat dibantu oleh pendamping Olahragawan.
b. Olahragawan menuangkan ke dalam botol sampel B sebanyak urin yang dibutuhkan (sepertiga dari jumlah total urin). Sisanya (dua pertiga dari jumlah total urin) dimasukkan ke dalam botol sampel A. Olahragawan diminta menyisakan sedikit jumlah urin dalam wadah penampung untuk pemeriksaan berat jenis dan/atau pH sampel urin yang dilakukan oleh Petugas Pengawas Doping.
Hal tersebut guna memastikan bahwa sampel dalam keadaan baik untuk diperiksa sesuai dengan ketentuan laboratorium.
9. PENYEGELAN BOTOL SAMPEL
Olahragawan dimwidia.pjkrF.10601244202inta untuk menyegel sendiri botol A dan B. Pendamping olahragawan dan Petugas Pengawas Doping memeriksa bahwa botol telah tersegel dengan benar dan baik.
10. PEMERIKSAAN BERAT JENIS dan/atau pH
Petugas Pengawas Doping memeriksa berat jenis dan/atau pH sampel urin menggunakan sisa urin dalam wadah penampung urin. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir pengawasan doping (doping control form). Bila berat jenis atau pH sampel tidak memenuhi persyaratan, maka Olahragawan diminta untuk mengulangi pengumpulan sampel urin sampai sesuai dengan persyaratan.
(Berat jenis ≥ 1.005 bila menggunakan refraktometer, atau 1.010 bila menggunakan stik reagen. pH berkisar 5 – 7 . Pada stik reagen, pembacaan dilakukan setelah 45 detik untuk memeriksa berat jenis, dan setelah 1 menit untuk memeriksa pH.
11. PENGISIAN FORMULIR PENGAWASAN DOPING
a. Olahragawan diminta memberikan informasi tentang seluruh obat-obatan atau suplemen yang dikonsumsi selama 3-7 hari sebelum pemeriksaan. Informasi tersebut dicatat pada formulir pengawasan doping. Olahragawan mempunyai hak untuk memberikan komentar dan tanggapan terhadap pelaksanaan pengawasan doping. Olahragawan memeriksa kembali seluruh kebenaran informasi yang dicatat pada formulir pengawas doping, termasuk nomor kode sampel.
b. Petugas yang menyakswidia.pjkrF.10601244202ikan proses pengumpulan sampel, pendamping Olahragawan, Petugas Pengawas Doping dan Olahragawan menandatangani formulir pengawasan doping pada akhir proses pengumpulan sampel.
c. Olahragawan diberikan salinan formulir pengawasan doping.
d. Salinan formulir pengawasan doping untuk laboratorium tidak mencantumkan informasi apapun tentang identitas Olahragawan.
a. Pengiriman sampel harus dilakukan dengan pengamanan dan pengawasan yang baik. Sampel dikirim ke laboratorium yang telah mendapat akreditasi WADA atau cara lain yang disetujui WADA. Petugas Laboratorium yang menerima sampel akan memeriksa sampel yang dikirimkan tersebut untuk memastikan bahwa tidak terjadi kerusakan atau pencemaran.
b. Laboratorium yang telah mendapat akreditasi WADA atau cara lain yang disetujui WADA, akan melakukan pemeriksaan sampel sesuai dengan ketentuan Standar Internasional untuk Laboratorium.
c. Sampel botol A akan dianalisis mengenai kandungan zat-zat atau obat-obatan terlwidia.pjkrF.10601244202arang sesuai Daftar Terlarang (Prohibited List). Sampel botol B disimpan dengan aman di Laboratorium dan digunakan bila terdapat keraguan atau keberatan/keluhan atas hasil pemeriksaan sampel.
d. Laboratorium melaporkan hasil analisis sampel ke LADI untuk diteruskan sesuai dengan mekanisme atau prosedur lanjutan.
13. PEMERIKSAAN SAMPEL TAMBAHAN
a. Apabila kekurangan volume sampel urin telah tersedia, maka proses pemeriksaan sampel dapat dilanjutkan sesuai dengan standar. Selama proses pengumpulan sampel tambahan, sampel yang telah ada harus disegel dan diamankan menggunakan perangkat penampung sampel.
b. Penyegelan sampel tambahan tetap dalam pengawasan Olahragawan ataupun Petugas Pengawas Doping. Selama menunggu sampel tambahan, Olahragawan tetap dalam pengawasan petugas dan diberikan kesempatan untuk minum. Bila Olahragawan siap memberikan sampel, proses pengumpulan sampel dilanjutkan seperti yang telah dijelaskan di depan.
14. MENCAMPUR SAMPEL URIN
Bila jumlah urin yang dibutuhkan telah tersedia, Olahragawan memilih wadah penampung urin yang baru dan mencampurkannya dengan sampel yang ada, dimulai dengan sampel pertama yang telah tersedia dan sampel tambahan lainnya secara berurutan sampai tercapai volume yang dibutuhkan. Sampel kemudian ditutup dan disegel sesuai dengan urutan yang telah dijelaskan di depan.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Eka%20Novita%20Indra,%20M.Kes./proceeding%20nas0001.pdf33